Padahal, jika mengacu aturan yang lama atau masih diatur oleh pusat, timah itu barang strategis alias hanya diproduksi oleh perusahaan pelat merah.
"Jadi teknologi yang dibuat harus bisa selesaikan konflik dengan masyarakat," papar dia.
Sementara Sekretaris Perusahaan PT Timah Amin Haris Sugiarto mengatakan, TKT dapat dijadikan solusi pola penambangan yang lebih ramah lingkungan. Sebab, secara teknis, alat ini mampu menambang timah aluvial dengan efektif dan efisien, tanpa harus melakukan bukaan area yang luas.
Baca Juga: Bahlil Akui Indonesia Masih Impor Nikel Meski Punya Cadangan Terbesar di Dunia, Ada Apa?
Saat ini penambangan timah alluvial saat ini biasa dilakukan dengan metode semprot (hydraulic mining) dan terbuka (open mining). Namun, cara konvensional ini cenderung menyebabkan benturan dengan sektor lainnya karena kebutuhan area penambangan yang luas.
’’Alat ini tidak perlu mengupas overburden dan hanya memerlukan bukaan vegetasi yang sangat minimal. Keunggulan kompetitif alat ini yakni mampu menambang timah yang spotted namun high grade, di mana alat tambang lain sulit untuk menambangnya secara ekonomis," ujar Amin.
Amin mengklaim, keunggulan lain sub-surface hydrolic mining adalah luasan area penambangan dan potensi limbah minimal, kegiatan land clearing dan stripping overburden minimal, penggalian bijih (ore) lebih maksimal serta aspek keselamatan bisa lebih dimaksimalkan.
Baca Juga: Indonesia dan Uni Emirat Arab Sepakati Kerjasama Bidang Energi dan Sumber Daya MineralKata Kunci : pt timah pangkalpinang bangka belitung, sub-surface mining, tambang timah