Indonesia diketahui memiliki cadangan bijih bauksit, yang merupakan sumber utama aluminium, 70 hingga 90 juta ton khususnya di Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, dan Sumatra Utara.
Sebelum adanya kebijakan hilirisasi, Indonesia mengekspor bauksit dalam bentuk bijih mentah bernilai nilai rendah, sementara pada saat yang sama mengimpor aluminium untuk kebutuhan domestik.
Sejak adanya smelter aluminium, bijih bauksit diolah menjadi alumnia melalui proses Bayer, dan selanjutnya diolah menjadi ingot aluminium melalui elektrolisis Hall-Héroult, meningkatkan nilai tambah hingga 15 kali lipat.
Proses ini menghasilkan dampak ekonomi cukup besar, memperkuat posisi Indonesia di pasar global dan memajukan daerah produsen.
Dengan ekspor produk aluminium mencapai US$900 juta tahun 2024, smelter ini mampu menyumbang devisa negara, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pemasok utama aluminium global untuk memenuhi permintaan industri aerospace dan otomotif luar negeri.
Di Indonesia, terdapat beberapa perusahaan terkemuka yang mengelola smelter aluminium dengan investasi besar.
Kata Kunci : Smelter aluminium mengolah bijih bauksit menjadi alumnia melalui proses Bayer, dan selanjutnya diolah menjadi ingot aluminium melalui elektrolisis Hall-Héroult, meningkatkan nilai tambah hingga 15 ka
10 Jul 2025, 19:17 WIB
03 Jul 2025, 14:31 WIB
Teknologi
30 Mei 2025, 0:30 WIB
Internasional
24 Feb 2025, 0:22 WIB
Liputan Khusus
13 Jan 2025, 15:49 WIB
Minyak dan Gas
12 Jan 2025, 23:31 WIB
Nasional
10 Jan 2025, 19:16 WIB
Ulasan
18 Des 2024, 13:38 WIB
Energi
18 Des 2024, 10:16 WIB
Internasional
16 Des 2024, 12:58 WIB
Nasional
13 Des 2024, 10:28 WIB
Lingkungan
12 Des 2024, 10:49 WIB
Energi
11 Des 2024, 11:12 WIB
Nasional
09 Des 2024, 13:08 WIB
Energi
05 Des 2024, 10:41 WIB
Nasional
04 Des 2024, 10:54 WIB
Nasional
03 Des 2024, 12:23 WIB
Internasional
02 Des 2024, 13:56 WIB
Nasional
26 Nov 2024, 10:29 WIB
Nasional
25 Nov 2024, 13:23 WIB
Nasional
25 Nov 2024, 10:11 WIB
Energi
21 Nov 2024, 10:24 WIB